"Aku percaya, dalam tiap kebudayaan di dunia tersimpan nilai-nilai kearifan dan kebaikan, selain tentu saja, keindahan."
- Maisie Junardy, Man's Defender -
#IndonesiaBikinBangga dengan Gabungan Sempurna Budaya dan Ramah Tamahnya - Melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan. Bukankah budaya tidak pernah berakhir? Akan selalu ada budaya baru yang muncul sekalipun kegiatan masyarakat tengah dibatasi.
Sebagai negara kepulauan dengan suku, adat istiadat dan kebudayaan yang beranekaragam, Indonesia selalu punya kharisma di mata dunia.
Keramahan masyarakat dan keindahan alamnya yang menakjubkan sungguh mampu menyihir siapa pun yang melihatnya.
Ada Bali, yang dikenal dengan "surga" nya dunia. Labuan Bajo dengan keindahan alam bawah laut nya. Tana Toraja yang kental dengan tradisi dan kebudayaan uniknya nya. Serta daerah sekitar tempatku tinggal yang tersohor dengan keramahannya.
Bahkan, dari Sabang hingga Merauke, Indonesia punya banyak "bintang" yang bersinar di berbagai belahan dunia.
Ada Anggun, Agnes Monica, Gita Savitri, Iko Uwais dan masih banyak lagi. Dimana semua bintang tersebut bersinar dibidangnya masing-masing. Mereka juga telah berhasil mengharumkan nama bangsa dengan bakat yang mereka punya.
Yang paling baru, ada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu beserta kontingen Indonesia lainnya yang berhasil membawa pulang banyak medali dari ajang Tokyo Olympic 2020.
Oh, juga jangan lupakan nasi goreng, Indomie dan beberapa kota di Indonesia yang sering kali disebut dalam banyak drama Korea maupun film Hollywood.
Dan berikut, adalah kisah keramahan warga sekitar tempatku tinggal yang mampu membuat turis lokal, warga asing maupun penduduk baru merasa nyaman saat berkunjung ke surga tersembunyi di daerahku.
Semoga kamu suka dan lain kali bisa mampir, ya 🤗
🐐 MENENGOK TRADISI UNIK IDUL ADHA DI PINGGIRIN KOTA
Bersiap mengikuti tradisi Besaran di Kota Pasuruan |
Besaran merupakan tradisi unik yang dilakukan setiap Idul Adha ini terbuka untuk umum. Mulia dari selepas Sholat Ied hingga Menjelang waktu Maghrib. Dimana selama acara berlangsung, maka desa Sukorejo, Kecamatan Pohjentrek, Kota Pasuruan akan menjelma menjadi lokasi wisata gratis dan surganya makanan.
Berbagai macam kudapan, kue tradisional hingga jajasan pasar bia dijumpai pada acara ini. Dan karena terbuka untuk umum, warga desa menyambut tamu dengan tangan terbuka. Baik yang datang dari luar desa maupun hanya warga sekitar saja. Nggak peduli kenal atau tidak, siapa pun yang datang, pantang disuruh pulang.
Sebenarnya, aku bukanlah jenis orang SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) yang mudah berbaur dengan orang baru dikenal. Namun karena antara aku dan mbak Maria (kakak teman adikku, Nia) memiliki banyak pengalaman hidup yang "senasib sepenanggungan," akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan momen lebaran Idul Adha bersama. Sekalian sebagai "salam penutup" sebagai warga Pasuruan... hehe 😀
Awalnya aku ragu untuk bergabung bersama keluarga mereka. Masa iya lebaran malah nimbrung di rumah orang?
Akan tetapi, "sugesti" yang diberikan mbak Maria begitu kuat sehingga aku merasa tertarik sekaligus penasaran.
Katanya, perayaan Hari Raya Idul Adha di Pasuruan Kota sungguh meriah, melebihi perayaan Idul Fitri. Selain itu, warga desa Sukorejo juga menyambut baik siapa pun yang berkunjung.
Tidak hanya itu, bahkan juga disediakan lahan parkir yang luas, spanduk ucapan selamat datang dan petugas keamanan untuk menjaga lokasi selama Besaran berlangsung.
Wow, sungguh kebudayaan yang unik, ya 😃
Riuh tradisi Besaran di Pasuruan |
Karena aku adalah "anggota baru" dalam perayaan ini, harap maklum, ya kalau sedikit plonga plongo. Yang tadinya aku kira bakal awkward, ternyata seru, lho.
Salaman alias jabat tangan, basa-basi, kenalan kemudian mengalirlah pembicaraan hangat yang siap mengantar kami ke meja makan untuk santap siang.
Ah, nggak sia-sia rasanya memilih merayakan lebaran bersama Mbak Maria dan keluarganya 🤗
🐐 LEGENDA TANAH JAWA
Mengikuti acara Besaran yang ada di Kota Pasuruan sama saja dengan berwisata tanpa merusak alam. Selain itu, juga akan menambah pengetahuan seputar surga tersembunyi di daerahku. Sayang, banget kan kalau selama tinggal di Pasuruan malah ketinggalan dengan tradisi unik seperti ini?
Mumpung ada waktu dan kesempatan, ya sudah. Kita rayakan sama-sama.
Kehangatan dalam Tradisi Besaran di Kota Pasuruan |
Pagi itu, aku berangkat bertiga bersama si kembar. Awalnya Mbak Maria mengusulkan untuk menjemput kami. Namun karena sungkan dan takut merepotkan (ciri khas warga +62 yang selalu nggak enakan 😆), akhirnya kami memutuskan untuk berangkat sendiri mengunakan motor lalu janjian di TKP.
Alhamdulillah, walau sedikit nyasar akhirnya sampai juga 😅
Karena aku menggunakan jalur sesuai petunjuk di Maps, maka hanya hamparan sawah hijau yang menjadi teman kami selama menuju lokasi.
Selama jadi warga Pasuruan, baru saat itu aku berkendara dengan udara yang sejuk dengan pemandangan asri. Seneng banget rasanya mengetahui masih ada lahan hijau di Kota Santri.
Begitu memasuki area Besaran, tepatnya simpang empat Desa Sukorejo, terpampanglah ucapan "Selamat Datang Para Tamu di Acara Besaran," menggunakan spanduk besar. Juga petugas keamanan dari Polsek setempat yang siap siaga mengamankan selama acara berlangsung.
Namun entah ketika pandemi melanda, apakah tradisi ini masih tetap berjalan atau stop dulu. Mengingat acara seperti ini pasti mengundang kerumunan yang dapat mengakibatkan frekuensi penularan Coronavirus semakin tinggi. Padahal, melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan,bukan?
Spanduk ucapan Selamat Datang untuk tamu Besaran |
Meski begitu, euforia Besaran yang sangat luar biasa sebelum Corona melanda membawaku pada sebuah legenda tentang surga tersembunyi di pulau Jawa.
Menurut Mak Sa (sesepuh di Desa Sukorejo), tradisi Besaran tidak pernah diketahui bagaimana awal mulanya sebab hal ni sudah berlangsung sejak lama dan tidak bisa dihilangkan.
Mak Sa juga menjelaskan, kemungkinan ritual unik yang digelar setahun sekali ini terjadi akibat hampir tidak ada warga desa Sukorejo yang menikah dengan orang dari luar desa. Kebanyakan menikah dengan tetangga maupun saudara sendiri. Sehingga ketika hari raya tiba, selalu menjadi ramai sebab tidak ada warga yang pergi merantau.
Akan tetapi, satu, dua, tiga masyarakat yang menolak tradisi dan berusaha menghilangkan tradisi ini, memilih tetap pergi jauh untuk mencari nafkah atau sekadar menampuh pendidikan. Namun usaha mereka untuk tidak mengikuti Besaran hanya sia-sia.
Karena pada akhirnya, alih-alih mudik saat Idul Fitri, warga yang pergi merantau tersebut malah mudik ketika Idul Adha tiba. Alasannya, selain ongkos mahal, waktu libur sebentar dan pasti terjebak macet dimana-mana, mereka kembali ke rumah saat Hari Raya Besar. Alhasil, bertemulah kembali mereka dengan tradisi unik tersebut. Akibatnya, Besaran pun semakin riuh dengan suka cita serta canda tawa dari beberapa keluarga yang melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu.
🐐 BERBAHAGIA, TERTAWA BERSAMA
Duduk bersama menikmati kudapan yang istimewa 🍵 |
Dari berbagai kudapan yang disuguhkan hingga makan siang yang hangat di meja makan, satu hal yang tidak pernah akan aku lupakan dari perayaan tahunan ini adalah kebersamaannya.
Hati warga desa Sukorejo yang sungguh hangat, membuatku lupa akan rasa kesepian yang mendera setiap perayaan Hari Raya. Bahkan, gegap gempita nya mampu menyihir ku menjadi riang gembira.
Kebersamaan yang kami lewati bersama, seolah menegaskan bahwa kami tidak sendiri di selama merantau di Kota Santri. Sebab bahagia itu sederhana. Tidak perlu liburan mewah, makanan mahal ataupun baju baru. Canda tawa yang dibalut hangatnya kebersamaan pun cukup menghilangkan rasa sepi yang meliputi.
Oleh karena itu, aku ingin sekali terus membantu serta turut serta melestarikan budaya unik dalam surga tersembunyi di pulau jawa ini supaya kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang secara turun-termurun, tidak berhenti hanya karena pandemi.
Selain itu, tradisi unik Besaran juga bisa menjadi destinasi berwisata tanpa merusak alam. Riuh suasana serta indahnya kekeluargaan akan membuat siapapun yang turu serta tidak sempat melakukan hal lain terutama yang berdampak negatif bagi lingkungan.
Dan berikut, beberapa cara menjaga lingkungan hidup sekaligus memelihara keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia:
1| Mempelajari Budaya Lokal
Mempelajari budaya lokal artinya memahami budaya itu sendiri. Dengan kata lain, jika ingin mendapat informasi mengenai budaya yang dimaksud, maka harus mengumpulkan banyak informasi yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti literature cetak maupun digital, wikipedia atau menemui langsung tokoh yang berpengaruh dalam kebudayaan tersebut.
Seperti Mak Sa, misalnya 😊
2| Mengikuti Kegiatan Budaya Asal
Akan lebih afdol jika terjun langsung dalam sebuah proses yang sedang dilakukan. Dengan turut serta dalam perayaan Besaran yang diselenggarakan oleh warga desa Sukorejo, aku jadi paham bahwa sebuah kebudayaan itu adalah bagian dari legenda yang asal muasalnya nya belum diketahui dengan jelas. Namun dipercaya dan diyakini memiliki nilai luhur sehingga patut dilestarikan kemudian diturunkan kepada anak cucu
3| Mengenalkan Produk Budaya ke Mata Dunia
Sisi positif hidup berdampingan dengan kecanggihan teknologi adalah mudahnya akses informasi. Memanfaatkan internet dan social media sebagai sarana promosi produk budaya Indonesia di kancah internasional adalah salah satu yang bisa dilakukan guna memelihara keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.
4| Tidak Terpengaruh Budaya Asing
Sekalipun akses informasi bisa didapat dengan cepat dan mudah melalui perkembangan teknologi yang sangat signifikan. Tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur dan kearifan lokal merupakan kunci tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika.
5| Jadikan Budaya Sebagai Identitas
Selain tidak terpengaruh oleh budaya asing, menjadikan budaya asal sebagai identitas merupakan salah satu cara melestarikan kebudayaan. Dengan begitu, budaya asal akan tetap ada sekalipun memasuki era globalisasi 👌
🐐 AKHIR KATA
Aku dan Nia bersama Mbak Maria (kerudung pink muda) dan adik-adiknya (Ayu berbaju ungu dan Lilis berkerudung Pink Tua) |
Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Sama hal nya dengan tradisi Besaran yang identik dengan desa Sukorejo, Kota Pasuruan.
Jadi, yuk. tanamkan dan hargai kebudayaan suatu wilayah dengan terus melestarikannya supaya kebudayaan tersebut tidak pudar sehingga dapat diwariskan pada generasi berikutnya.
Duh terharu bacanya, walaupun belum terlalu kenal tapi bisa akrab dengan tetangga-tetangga di sana yang ramah dan hangat ya
ReplyDeleteiya, kak
Deleteawalnya aku juga gak yakin mau ikut safari lebaran bareng keluarga teman. takut ganggau atau semacamnya
eh, tapi malah emang terbuka untuk umum
mana mereka welcome banget
jadi seneng kan bisa nambah kenalan dan saudara :)
Seruuu banget ya Mbaaa
ReplyDeleteMemang kalo di kabupaten tuh nuansa kekerabatan dan kekeluargaannya kentel bangett
Semedulur gitu lhooo
Semogaaaa tradisi dan karakter ramah ala Indonesia senantiasa eksis di bumi pertiwi, ya.
iya, mbak
Deletedi kota beda lagi tradisi nya
pasuruan kan terbagi jadi dua kekuasaan. madya dan kota
Safari lebaran ini unik ya, di daerah asal nenekku ada juga acara yang mirip seperti ini, namanya kelap. Tapi, wanita dan pria tidak berbaur. Jadi, kalau kunjung bareng itu hanya sesama wanita saja, trus nanti pria sesama pria. Biasanya ramean. Dalam rombongan itu hanya tetangga 1 RT, pergi bareng ke RT lain. Nanti di rumah tujuan ngobrol dan diakhiri dengan makan. Kalau ada 10 rumah yang dikunjungi, maka bakal 10 kali makan bareng :))
ReplyDeleteUnik, tapi perlu dilestarikan karena di situ ada semangat silaturahmi, kekeluargaan, dan saling menghormati apapun status sosialnya di masyarakat.
kalau hari raya idul fitri juga ada kunjungan gini mbak. tapi tetep berbaur. biasa nya setiap keluarga rombongan, bertamu ke rumah A, nanti bareng-bareng ke rumah C.
Deleteterus gitu sampe semua keluar rumah hehe
duh saya belum pernah ke Pasuruan
ReplyDeleteharus ke sana nih, sekalian datang kala tradisi Besaran digelar ya?
agar sekali jalan , banyak hal bisa dilakukan
salah satunya kulineran ^^
tunggu PPKM gak diperpanjang lagi ya kak
Deletehehehehe
biar jalan-jalannya makin manteb. gak pake batas waktu
banayk kearifan lokal di nusantara yang membuat keakrbana antar tetangga dan banayk filosofinya
ReplyDeleteiya, mbak
Deletelegenda itu memang kadang bisa gak bisa untuk dipercaya
tapi kalau diyakini, ya memang benar adanya
dan pasti mengandung nilai sejarah
Generasi muda sekarang memang harus terus digali rasa bangganya akan budaya yang sudah mengakar kuat dalam setiap suku yang ada di Indonesia. Maju dgn menggunakan teknologi seperti gadget dgn internet, bukan berarti meninggalkan tradisi yang mengandung nilai2 keramahtamahan.
ReplyDeleteGenerasi Indonesia juga harus terus berkarya agar bikin bangga.
justru dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi itu harusnya bisa bikin kebudayaan makin lekang tak trgerus zaman ya mbak
DeleteMenyenangkan ya bareng tetangga yang rasa keluarga gini. Duh pasti jadi moment yang tidak terlupakan.
ReplyDeleteof course, mbak
Deletejadi betah walau seharian kumpul sama yang baru dikenal
hehe
Pasuruan ini masih kental budaya Dan kebersamaannya ya mbak, duh jadi pengen kesana menikmati suasananya yang indah, mempesona dengan udaranya yang masih Bersih itu
ReplyDeletekebetulan ini desa letaknya di pinggiran kota mbak
Deletejadi masih banyak sawah dan lahan hijau
jadi seger
sungguh momen yang menyenangkan yaa, bisa berkumpul bersama tetangga. Tradisi seperti ini harus dilestarikan yaa agar anak cucu kita kelak bisa tahu bahkan mungkin juga akan mempertahankannya seperti yang kita lakukan saat ini
ReplyDeleteiya, bisa jadi pengalaman di tanah rantau
DeletePasuruan ini lumayan dekat sama Surabaya, tapi aku baru tau ada tradisi besaran di sana. Unik ya rasanya pengen suatu saat ngeliat langsung
ReplyDeleteiya, kak deket
Deletesekitar 2 jam-an lah kalau gak macet