“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
- Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia -
Drama PPDB SMP 2019 Part 1 - Emak-emak Pejuang Zonasi - H-1 pengumuman PPDB online 2019 mendadak website resmi SMP Negeri 3 Jember tidak bisa di akses. Alias domain expired.
Ah, padahal jika semua berjalan sesuai rencana -koneksi lancar, tidur nyenyak kemudian bangun pagi- hasil seleksi PPDB SMP 2019 akan aku cek via website saja. Jadi, seandainya lolos -insya Allah, amin- esok nya tinggal daftar ulang dan tidak perlu kembali berdesak-desakan dengan orangtua plus calon peserta didik baru lainnya.
Tapi apa boleh buat. Seringkali kenyataan tak sesuai harapan. Dan besok pun, tenaga, waktu, pikiran dan emosi kita -para pejuang zonasi- akan kembali di uji.. hahaha... semoga sabar ya Allah. Demi adek ini 😷
By the way, selalu ada cerita di balik sebuah peristiwa. Itu pasti. Karena sepintar-pintarnya tupai melompat. Pasti jatuh juga. Begitu pula denganku.
SINGKAT CERITA...
Sesingkat-singkatnya cerita, pasti mengandung drama juga 'kan?
Yups, dimulai dari rasa percaya diri dan keyakinan yang pada akhirnya menenggelamkan ku pada panjangnya nomor antrean.
Sok-sok santai berangkat agak siangan -sekitar pukul 07.30- karena masih dhuha dan percaya bahwa PPDB sistem zonasi diprioritaskan untuk pendaftar pertama adalah hoax. Akhirnya aku kena karma!
Begitu sampai di sekolah yang dituju, aku langsung syok dan tercengang. Bagaimana tidak. Sepanjang jalan raya yang biasanya sepi, mendadak ramai dengan deretan mobil orangtua calon peserta didik baru yang akan mendaftar.
Bahkan diketahui, pemilik nomor antrean 01 rela mengantre sejak pukul empat pagi pemirsah. EMPAT PAGIIIII.... ITU ARTINYA SEBELUM SUBUH 'KAN???
Setelah berlapang dada mendapat nomor antrean 310, lagi-lagi aku kena spot jantung. Katanya, bagi peserta yang menggunakan domisili, harus melampirkan KK yang sesuai domisili. 🙀
Maksudnya begini. Dalam persyaratan PPDB SMP Jatim 2019 disebutkan:
1| Melampirkan SKL (Surat Keterangan Lulus) Asli
2| Foto copy Kartu Keluarga Legalisir 1 Lembar
3| Foto copy Akta Kelahiran 1 Lembar
4| Surat Keterangan Domisili Asli dari Kelurahan (bagi yang menggunakan domisili)
5| Foto 3x4 2 Lembar
Nah, berhubung keluargaku belum juga pindah KK -walau rumah tinggal sudah milik sendiri- makaaa... aku harus putar otak, cari jalan keluar, supaya usaha dari kapan bulan nggak sia-sia.
Setelah dari pusat informasi, kembalilah aku ke rumah. Pergi ke rumah RT dan RW untuk dibuatkan surat pengantar sedang mengurus KK. Dan ya, perjuangan sebagai seorang kakak kembali di uji.
Pak RW yang juga seorang guru ternyata sudah bertolak ke sekolah tempat beliau mengajar. Berbekal berkas dari Pak RT plus nomor hp Si Bapak, pergilah aku ke tempat Beliau mengajar. Jauh, gaesss..... awal cek di maps sih cuma 7 kiloan jaraknya dari rumah. Namun pas navigasi maps dihidupkan. Ternyata jarak rumah ke SMP 2 Mayang adalah sekitar 12 km.
Astagfirullah... ngebut tuh. Iya kan? mana diburu waktu juga. Tapi alhamdulillah, karena emang masih pagi. jadi bisa agak cepet. Meski harus kembali menghadapi masalah setelah sampai di kantor kelurahan 🙈
Hari pertama PPDB SMP Jember 2019 Jalur Zonasi ternyata mengakibatkan kesibukan dibeberapa tempat seperti kelurahan, Dispenduk juga tak ketinggalan tempat foto copy 😂
Setelah dipikir-dipikir, jika kasus calon peserta didik baru seperti adikku -Hani- yang menggunakan Surat Keterangan domisili namun tidak memiliki KK yang sama dengan alamat domisili. maka harus menggunakan surat pengantar dari RT maupun RW yang menjelaskan bahwa yang tersebut adalah benar warga pada alamat itu.
Sebab ini juga aku kena omel Kasi (Kepala Seksi) Pemerintahan Kelurahan Karangrejo, Pak Nurhuda 😂 🙏
Menurut beliau, jika aku menggunakan 'Surat Pengantar Mengurus KK Baru,' Maka automatis aku harus mengganti KK lama. Dan itu belum bisa dilakukan karena satu dan lain hal.
Untuk mempermudah urusanku, si Bapak menyarankan bahwa aku cukup menunjukkan Surat Pengantar Domisili baru yang dibuatkan oleh RT dan RW.
Selesai. Tinggal foto copy, legalisir dan pulang.
Si Bapak juga baik banget loh, mau direpotin oleh para orangtua -yang kebanyakan memang emak-emak pejuang zonasi. Walau ribet dan meja nya sampai penuh berkas-berkas orang yang membutuhkan, tapi si Bapak tetap sabar dan meladeni warganya. Malah ada beberapa petugas yang ngomel karena Pak Nur main iya-in aja semua yang minta domisili baru dan legalisir mendadak kayak kita.
Katanya, "Pak Nur ini, kalau semua di iya-in minta domisili. Mereka malah enteng dan nggak cepet ngurus surat pindah." Tenang kok Bu, saya bakal urus kalau memang sudah bisa... pisss ✌
DEMI SELEMBAR KERTAS
Kukira hari itu drama sudah mencapai ending. Ternyata belum.
Setelah sampai di sekolah tempat pendaftaran PPDB SMP 2019, nomor antreanku malah jauh tertinggal. Untung para panitia nya sabar. Tapi ya tambah deg-degan sih. Itu artinya, data adikku juga pasti ter-input lama 'kan?
Ah, sudahlah. Yang penting semua urusan selesai. Hanya perlu menunggu Tanda Bukti Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2019/2020.
Tapi.. tapi... mengingat antusiasme para orangtua calon siswa baru juga ditunjuk nya SMP Negeri 3 Jember sebagai sekolah rujukan, nggak heran kalau hanya demi selembar kertas ber-barcode itu, kita -aku dan ibu-ibu teman Hani- nyaris seharian di SMP 3.
Hingga pihak panitia membubarkan para orangtua dan calon peserta didik baru yang belum mendapat tanda bukti pendaftaran dengan syarat kembali esok pagi untuk mengambil bukti pendaftaran PPDB SMP Jember 2019 jalur zonasi.
ANAK YANG SEKOLAH, ORANGTUA YANG PANAS DINGIN
Anak-anak zaman sekarang itu lucu ya. Mereka selalu bersemangat ketika membahas tren yang sedang diikuti, berlomba-lomba mencapai level tertinggi sebuah games di hp, adu cepat siapa yang lebih dulu hafal koreografi blackpink 🙈 Seolah hidup mereka hanya soal 'nanti mau makan apa?'.
Padahal, sejak sistem zonasi dicetuskan, para orangtua, kakek, nenek, om, tante, maupun kakak -yang bersangkutan- mulai gelisah. Ngalor ngidul cari info. Berusaha sebaik mungkin mendapat peluang agar putra, putri, adek maupun kerabat mereka bisa ke-angkut dan lolos masuk SMP Negeri Jember.
Ah, tapi mereka tahunya ya cuma daftar, nilai UN bagus, pilih sekolah yang sama dengan teman-teman sepermainan, nunggu hasil pengumuman. Udah. Beres.
Baca Juga : Tips Mendidik Anak Zaman Now
Mereka yang mau sekolah, kenapa kita yang migrain, sih?
Aku inget betul saat hari pertama PPDB SMP Negeri 2019 Kabupaten Jember. Aku yang ribetnya minta ampun, eh... si Hani malah santai banget duduk-duduk cantik bareng temen-temen nya di bawah pohon rindang di pinggiran lapangan basket. Udah gitu, pake haha hihi segala. Bahagia bener muka nya. Lah kita -para ibu-ibu, tante dan kakak yang mendampingi- malah nggak sempet tuh yang namanya mikirin perut. Udah berasa kenyang aja lihat nomor antrean yang masyaAllah -baru jam 08.00 pagi- tapi udah mebludak.
Subhanallah... luar biasa sekali semangat Bapak dan Ibu ingin menyekolahkan anaknya, Salut akutuh 😫
Tapi Allah Maha Adil, yang tadinya sempet suudzon karena, "Kenapa cuma berkasku sih yang bermasalah, mereka kok santai-santai aja?".
Dan ya, kita -aku dan ibu-ibu teman Hani- memang ditakdirkan jadi teman senasib dan seperjuangan. Bukannya nggak seneng lihat teman duduk santai. Tapi kok rasanya.... arghhhhh
Ketika aku sibuk mengejar tandatangan Pak RW, ternyata mereka juga mendapat skenario dan drama yang nggak kalah bikin heboh.
📌 Pertama:
Ibu Ayumi yang kebetulan memang panikan, sempat akan pulang karena berkasnya hilang. Yang ternyata ada namun terselip.
📌 Kedua:
Si Rey yang adem ayem karena rumahnya paling deket dan punya firasata 'Keterima', malah belum legalisir KK dan Akta Kelahiran. Jadilah dia dan tante nya riwa-riwi Dispenduk Jember untuk legalisir. Untungnya, jarak SMP Negeri 3 Jember dan Dinas Pencatatan Sipil nya deket.
📌 Ketiga:
Kali ini lebih enjoy. Sebab terjadi di hari ke-2 PPDB Jember zonasi. Si Bunda Queensy mendadak panik karena seluruh berkas putrinya hilang. Padahal cover stopmap pemdaftaran sudah jelas nama Queensy, namun isinya milik orang lain.
***
Baca Juga : Drama PPDB SMP 2019 Part 2 - Korban Zonasi
Ya ampun, gitu banget perjuangan orangtua demi menyekolahkan anaknya ya. Walau sistem zonasi punya kelemahan dan kekurangan yang bikin ngelus dodo, tapi... setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, bukan?
Seperti pemerintah yang berharap sistem zonasi mampu meratakan kualitas pendidikan di Indonesia, tidak ada lagi istilah sekolah favorit atau anak desa gak layak sekolah di kota.
Everything change.
Dan semoga, hasil pengumuman PPDB SMP Jember 2019 jalur zonasi, membawa angir segar untuk adikku Hani.
Amin
Amin
sejak dulu memang penerimaan siswa ada kuarng dan lebihnya sih,
ReplyDeleteMenurut saya, tujuan zonasi baru tercapai dengan baik bila jumlah sekolah yang ada sudah cukup memenuhi kuota masyarakat yang ada. Sayangnya jumlah sekolah kurang, minat masyarakat tinggi. Jadinya lumayan ruwet hahaha! Salam sesama emak pejuang zonasi hehehe
ReplyDeletenah, iya
Deletemungkin ini yang nggak disadari oleh aparat dan masyarakat mengenai penyebab PPDB berdasarkan zonasi yang selalu ricuh.
Aku kira tahun ini bakalan damai dan banyak pemakluman karena Corona. Eh, tapi tetep aja ya mbak?
Duh, begini nian nasib emak-emak pejuang zonasi wkwkwk