"Sesungguhnya, siapa saja yang salat bersama imam hingga imam itu selesai, maka ia dicatat telah mengerjakan salat semalam suntuk."
- Hadits HR. Tarmizi -
Alhamdulillah, Akhirnya Bisa Tarawih Disini - Hari itu, adalah malam ke-25 ramadan. Dimana akhirnya wishlist ku untuk bertarawih di masjid Jami' Al Baitul Amien Jember terlaksana.
Ah, senengnyaaaaaaa...
Sebenarnya, keinginan menunaikan sholat tarawih di masjid jami' ini sudah ada dari tahun lalu. Namun karena satu dan lain hal -alias males dan kurang niat- maka baru bisa tercapai tahun ini.
Walau bisa tercapai di 10 hari terakhir ramadan. But, no problem. Aku happy 💗
Meski sholat tarawih bisa dilaksanakan dimana saja -termasuk dirumah- namun pastilah ada sensasi berbeda jika dilakukan di tempat lain 'kan? Yah, sekalian wisata religi gitu sih.
Suasana, tata cara, jumlah rakaat shalat tarawih, semua jadi cerita tak terlupakan sebagai sebuah pengalaman. Untungnya, aku punya adek yang selalu bisa jadi partner 'kebaikan'.. haha
Kalau Nia adalah teman perjalanan setia ku, maka beda lagi dengan Hani -kembaran Nia. Mungkin karena beranjak ABG dan sudah mengerti mana yang baik dan benar, jadi mudah kalau diajak keliling sambil belajar.
Beberapa kali canceled karena badan kurang fit, maka malam itu nekat shalat maghrib terlebih dahulu sebelum berbuka. Supaya beberapa menit sebelum adzan isya sudah siap dan berangkat menuju masjid. Maklum, perlu waktu tempuh sekitar 10 menit -kalau ngebut dan bebas lampu merah- untuk sampai di masjid jami.
Karena sudah lama sekali tidak berkujung ke rumah Allah yang terletak di tengah kota ini, aku agak bingung letak tempat parkir motor nya. Pilihan terbaik adalah dengan mengikuti pengendara lain. And yes, gotcha. Aku dapat spot parkir yang strategis. Lalu segera menuju tempat wudhu sebelum imam memulai sholat isya.
Terlalu excited bisa beribadah bersama keluarga (nyatanya cuma Hani seorang) membuat langkah kakiku luput dari tangga. Hampir saja jatuh, untungnya Hani segera menarik lengan bajuku.
Setelah mengambil wudhu lalu menggelar sajadah, tidak lama muadzin mengumandangkan adzan serta ber-iqomah pertanda shalat isya akan dimulai.
Aku kira, shalat tarawih di masjid besar akan sangat lama, namun dugaanku salah. Imam shalat isya hingga rakaat ke-10 shalat tarawih, gerakan maupun bacaan shalatnya cepat sekali. Namun pada rakaat 11 sampai rakaat 16, imam berganti. Begitupun saat rakaat ke-17 hingga 20.
Selesai shalat tarawih, dilanjutkan dengan khutbah tarawih singkat yang kadang diselipi bahasa daerah seperi bahasa Jawa maupun bahasa Madura. Kemudian setelah itu, dilanjut dengan shalat witir sebanyak 3 rakaat.
Selesai?
Enggak!
Sayang dong kalau sudah sampai disini langsung pulang. Maka dari itu, aku memutuskan untuk i'tikaf barang sebentar. Lalu Hani? Dia sibuk mengamati arsitektur masjid tertua di Jember ini. Maklum, ini adalah pengalaman pertama nya beribadah di masjid Agung Jember. 😃
By the way, guys. Masjid Jami' Jember masuk dalam daftar 100 masjid terindah di Indonesia loh. Tampak depan, masjid yang terkenal dengan julukan Masjid Jamur Jember ini mirip gedung MPR RI. Coba deh, tengok gambar!
Diresmikan pada tahun 1973 -setelah sebelumnya mengalami renovasi, masjid ini memiliki 7 buah kubah berbentuk bundar. Dimana kubah-kubah berbeda ukuran tersebut menggambarkan akan kebutuhan umat manusia yang tak terbatas oleh apapun.
Dari lima kubah utama, ada satu yang paling luas dan teridiri dari dua lantai. Sedangkan dua kubah kecil lainnya digunakan sebagai tempat wudhu.
Kemudian, pada bagian dalam kubah utama, terdapat 17 pilar tinggi nan megah sebagai tanda hari kemerdekaan Republik Indonesia. Juga sebagai lambang malam Nuzulul Qur'an yang jatuh setiap tanggal 17 ramadan.
Satu lagi keunikan Masjid Tujuh Kubah ini adalah banyak nya lafal-lafal Arab. Ada lafal Allah dan Muhammad pada mihrab, QS. Surah At-Thaha : 14 yang memenuhi lengkungan mihrab juga terdapat Surat An-Nur yang mengelilingi kubah.
Amazing!
Tujuh kubah tersebut dimaksudkan sebagai simbol kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan bumi.
Sebagai landmark kota Jember, Masjid Al Baitul Amien di desain sebaik mungkin oleh para arsitek yang juga tak kalah keren. Mereka adalah Yaying K.Keser A.I.A (arsitek tamatan California), Ir. Harwiyono, Ir. Boediono dan Ir. Imam Soecipto.
Nah, menurut ketua umum yayasan, Drs. H Muhammad Husein M.Pd, masjid ini terdiri dari dua bangunnan berbeda yang dipisahkan oleh jalan protokol. Namun kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan penyeberangan.
Bangunan pertama adalah kawasan masjid lama. Dibangun pada masa kolonial Belanda. Masjid jami' Al Baitul Amien lawas terletak disebelah selatan alun-alun kota Jember. Kemudian diresmikan pada 3 Mei 1976 oleh Menteri Agama Repuplik Indonesia, Prof. KH. Mukti Ali setelah mengalami renovasi pada tahun 1939.
Sedangkan bangunan kedua adalah bangunan baru diatas tanah wakaf seluas 9600 meter persegi dengan nama Al Baitul Amien yang berarti 'rumah yang dapat dipercaya.'
Baca Juga : Tips Ngabuburit Bareng Anak
Awalnya, ide perluasan masjid dilontarkan oleh Letkol H. Abdul Hadi dengan pertimbangan Kota Jember yang semakin ramai dan daya tampung masjid yang tidak memadai. Namun gagasan tersebut mendapat banyak penolakan.
Sehingga sekitar tahun 1970-an, seorang ulama Jember, KH. Ahmad Shidiq memberi izin untuk membangun masjid baru dengan syarat tidak membongkar masjid lama supaya tidak menghilangkan pahala jariyah pendiri terdahulunya.
Sebab berdiri dua masjid yang terpisah jalan raya. Maka dibangunlah jembatan sebagai penghubung dua masjid tersebut.
Lalu, kejadian apa lagi yang membuat aku berkesan saat shalat tarawih di masjid Jami' Jember?
Memutar waktu kembali, masjid Al Baitul Amien Jember adalah masjid favoritku dan keluarga untuk menunaikan shalat Idul Fitri.
Dulu, ketika aku dan adik-adikku masih kecil, kami akan sangat senang berjalan bersama, berbondong-bondong dengan warga Jember kebanyakan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
Berbekal alas koran atau tikar, kami berangkat lebih pagi kemudian pulang naik becak. Kebetulan, letak rumah nenek tidak jauh dari pusat kota. Jadilah kami menikmati suasana pagi khas lebaran dengan quality time bersama keluarga sepanjang jalan.
Namun itu dulu. Sejak Ayah tiada, kami tidak pernah melaksanakan shalat Idul Fitri di masjid ini lagi.
Namun lebaran Idul Fitri 1440 H, yang insya Allah jatuh pada tanggal 5 Juni 2019 besok. Aku dan keluargaku -minus Ayah- akan kembali ke masjid ini untuk shalat Ied bersama.
Seolah waktu berjalan sangat cepat, cerita ramadhan hingga lebaran keluarga pun berubah-ubah. Ada yang pergi, ada yang kembali. Ada yang datang, ada juga yang menghilang.
Ah, rasanya, cerita pengalaman shalat tarawih di masjid jami' Al Baitul Amien Jember masih terekam jelas dalam pikiran.
Semoga diberi umur panjang supaya berjumpa kembali dengan ramadan tahun depan. Dengan pengalaman serta cerita-cerita menyenangkan. Sebagai tabungan kenangan maupun pelajaran yang berkesan. Amin
Minal Aidzin Walfaidzin, teman-teman. Mohon maaf lahir batin ya 🙏
Karena sudah lama sekali tidak berkujung ke rumah Allah yang terletak di tengah kota ini, aku agak bingung letak tempat parkir motor nya. Pilihan terbaik adalah dengan mengikuti pengendara lain. And yes, gotcha. Aku dapat spot parkir yang strategis. Lalu segera menuju tempat wudhu sebelum imam memulai sholat isya.
Baca Juga : Manfaat Khatam Al-qur'an Saat Ramadan
Terlalu excited bisa beribadah bersama keluarga (nyatanya cuma Hani seorang) membuat langkah kakiku luput dari tangga. Hampir saja jatuh, untungnya Hani segera menarik lengan bajuku.
Setelah mengambil wudhu lalu menggelar sajadah, tidak lama muadzin mengumandangkan adzan serta ber-iqomah pertanda shalat isya akan dimulai.
Aku kira, shalat tarawih di masjid besar akan sangat lama, namun dugaanku salah. Imam shalat isya hingga rakaat ke-10 shalat tarawih, gerakan maupun bacaan shalatnya cepat sekali. Namun pada rakaat 11 sampai rakaat 16, imam berganti. Begitupun saat rakaat ke-17 hingga 20.
Selesai shalat tarawih, dilanjutkan dengan khutbah tarawih singkat yang kadang diselipi bahasa daerah seperi bahasa Jawa maupun bahasa Madura. Kemudian setelah itu, dilanjut dengan shalat witir sebanyak 3 rakaat.
Selesai?
Enggak!
Sayang dong kalau sudah sampai disini langsung pulang. Maka dari itu, aku memutuskan untuk i'tikaf barang sebentar. Lalu Hani? Dia sibuk mengamati arsitektur masjid tertua di Jember ini. Maklum, ini adalah pengalaman pertama nya beribadah di masjid Agung Jember. 😃
KEUNIKAN MASJID JAMI' AL BAITUL AMIEN JEMBER
By the way, guys. Masjid Jami' Jember masuk dalam daftar 100 masjid terindah di Indonesia loh. Tampak depan, masjid yang terkenal dengan julukan Masjid Jamur Jember ini mirip gedung MPR RI. Coba deh, tengok gambar!
Diresmikan pada tahun 1973 -setelah sebelumnya mengalami renovasi, masjid ini memiliki 7 buah kubah berbentuk bundar. Dimana kubah-kubah berbeda ukuran tersebut menggambarkan akan kebutuhan umat manusia yang tak terbatas oleh apapun.
Dari lima kubah utama, ada satu yang paling luas dan teridiri dari dua lantai. Sedangkan dua kubah kecil lainnya digunakan sebagai tempat wudhu.
Kemudian, pada bagian dalam kubah utama, terdapat 17 pilar tinggi nan megah sebagai tanda hari kemerdekaan Republik Indonesia. Juga sebagai lambang malam Nuzulul Qur'an yang jatuh setiap tanggal 17 ramadan.
Satu lagi keunikan Masjid Tujuh Kubah ini adalah banyak nya lafal-lafal Arab. Ada lafal Allah dan Muhammad pada mihrab, QS. Surah At-Thaha : 14 yang memenuhi lengkungan mihrab juga terdapat Surat An-Nur yang mengelilingi kubah.
Amazing!
Kenapa tujuh kubah?
Tujuh kubah tersebut dimaksudkan sebagai simbol kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan bumi.
SEJARAH MASJID JAMI' AL BAITUL AMIEN JEMBER
Sebagai landmark kota Jember, Masjid Al Baitul Amien di desain sebaik mungkin oleh para arsitek yang juga tak kalah keren. Mereka adalah Yaying K.Keser A.I.A (arsitek tamatan California), Ir. Harwiyono, Ir. Boediono dan Ir. Imam Soecipto.
Nah, menurut ketua umum yayasan, Drs. H Muhammad Husein M.Pd, masjid ini terdiri dari dua bangunnan berbeda yang dipisahkan oleh jalan protokol. Namun kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan penyeberangan.
Bangunan pertama adalah kawasan masjid lama. Dibangun pada masa kolonial Belanda. Masjid jami' Al Baitul Amien lawas terletak disebelah selatan alun-alun kota Jember. Kemudian diresmikan pada 3 Mei 1976 oleh Menteri Agama Repuplik Indonesia, Prof. KH. Mukti Ali setelah mengalami renovasi pada tahun 1939.
Sedangkan bangunan kedua adalah bangunan baru diatas tanah wakaf seluas 9600 meter persegi dengan nama Al Baitul Amien yang berarti 'rumah yang dapat dipercaya.'
Image by Instagram : greg.vallery |
Awalnya, ide perluasan masjid dilontarkan oleh Letkol H. Abdul Hadi dengan pertimbangan Kota Jember yang semakin ramai dan daya tampung masjid yang tidak memadai. Namun gagasan tersebut mendapat banyak penolakan.
Sehingga sekitar tahun 1970-an, seorang ulama Jember, KH. Ahmad Shidiq memberi izin untuk membangun masjid baru dengan syarat tidak membongkar masjid lama supaya tidak menghilangkan pahala jariyah pendiri terdahulunya.
Sebab berdiri dua masjid yang terpisah jalan raya. Maka dibangunlah jembatan sebagai penghubung dua masjid tersebut.
***
Lalu, kejadian apa lagi yang membuat aku berkesan saat shalat tarawih di masjid Jami' Jember?
Memutar waktu kembali, masjid Al Baitul Amien Jember adalah masjid favoritku dan keluarga untuk menunaikan shalat Idul Fitri.
Dulu, ketika aku dan adik-adikku masih kecil, kami akan sangat senang berjalan bersama, berbondong-bondong dengan warga Jember kebanyakan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
Berbekal alas koran atau tikar, kami berangkat lebih pagi kemudian pulang naik becak. Kebetulan, letak rumah nenek tidak jauh dari pusat kota. Jadilah kami menikmati suasana pagi khas lebaran dengan quality time bersama keluarga sepanjang jalan.
Namun itu dulu. Sejak Ayah tiada, kami tidak pernah melaksanakan shalat Idul Fitri di masjid ini lagi.
Namun lebaran Idul Fitri 1440 H, yang insya Allah jatuh pada tanggal 5 Juni 2019 besok. Aku dan keluargaku -minus Ayah- akan kembali ke masjid ini untuk shalat Ied bersama.
Seolah waktu berjalan sangat cepat, cerita ramadhan hingga lebaran keluarga pun berubah-ubah. Ada yang pergi, ada yang kembali. Ada yang datang, ada juga yang menghilang.
Ah, rasanya, cerita pengalaman shalat tarawih di masjid jami' Al Baitul Amien Jember masih terekam jelas dalam pikiran.
Semoga diberi umur panjang supaya berjumpa kembali dengan ramadan tahun depan. Dengan pengalaman serta cerita-cerita menyenangkan. Sebagai tabungan kenangan maupun pelajaran yang berkesan. Amin
Minal Aidzin Walfaidzin, teman-teman. Mohon maaf lahir batin ya 🙏
Wah, bagus begini ya masjid di Jember :) ALhamdulillaah mbak bisa sholat tarawih di Jami' AL Baitul Amien. Arsitekturnya unik, ada jembatan penghubung juga yang. Udah lama bener sejak tahun 1970 nih masjid. Ikut senang mbak bisa rame2 sholat meskipun skrg udah ga ada ayah tapi didoakan aja in sya allah ayah melihat dari surga aamiin.
ReplyDeletepaling suka aritektur mesjid yang bagus apalagi perpadaun budaya yg ada di indonesia
ReplyDelete